Kamis, 30 Juni 2016

Optical Art atau Seni Optik

Optical Art atau Seni Optik



Seni Indonesia │ Optical Art yang telah dialih bahasakan menjadi Seni Optik sudah berkembang sebagai salah satu hasil karya seni rupa yang sudah moderen. Seni Optik ini didasari oleh hasil penelitian dan penemuan dalam sektor ilmu fisika serta ilmu anatomi manusia. Hasil penelitian tersebut dikembangkan jadi ilmu optik. Ilmu optik perdana kali dipelajari tatkala bertahun-tahun di laboratorium oleh seseorang filosof dna ahli fisika Inggris yg bernama Bacon (1220-1292). Dirinya mencari ilmu struktur cahaya serta kaitannya dengan bagaimana kekuatan mata manusia dalam menangkap warna. 

Pada awalnya kira-kira tahun 1642-1727, dari Sir. Issac Newton mengadakan percobaan pada media cahaya dengan menggunakan prisma yang dipantulkan oleh sinar matahari. Pantulan serta pembiasan warna itu memunculkan spektrum warna. Dalam penemuannya itu disusunlah teori bahwa sinar matahari ternyata bisa diuraikan jadi aneka warna yaitu menjadi beberapa warna seperti : merah, jingga, kuning, hijau, biru, biru sepuh, serta ungu. 

Istilah Optic atau Retinal Art ini sudah diterapkan pada sebuah karya-karya seni rupa dua dimensional yang sepenuhnya menggali dan memakai kekeliruan mata. kebanyakan seni optik bertsifat abstrak, formal, dan eksak. Jasia Richardt (1994) berpendapat bahwa sebagai berikut : 

  1. Seni optik ialah perkembangan lanjut dari gaya Konstruktivisme, & esensi dari maksud Malevich buat mencapai keunggulan sensibilitas murni dalam seni. 
  2. Seni optik adalah kecenderungan yg dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yg dikembangkan si Bauhaus, & Moholy-Nagy pula Joseph Albers. 
Seni optik dengan bentuknya yang khas berupa susunan geometris berulang-ulang, yakni semacam bisnis untuk mengeksploitir kelemahan mata dengan sebuah ilusi tempat serta mungkin terkadang dengan gerak semu. 

Latar Belakang 


Sudah diuraikan diatas bahwa seni optik terhadap kemunculannya berupa seni dua dimensi, yg terhadap biasanya berbentuk abstrak, formal & konstruktif lewat bentuk yg khas dalam wujud geometris & perulangan rutin, rapi, cek, maka akan memunculkan efek-efek optik yg mengecoh mata dgn ilusi area. Banyak Warna yg dipakai rata-rata warna cerah atau lightness tinggi bersama memberikan batas terhadap hue atau saturation yg tajam & tegas. 

Seni optik serta mempunyai mutu dinamis yg menghidupkan kesan-kesan & sensasi-sensasi ilusorik terhadap diri pengamat, baik dalam struktur fisik mata ataupun otaknya. Menjadi dapat dikatakan bahwa seni optik mengenai dgn kiat ilusi yg paling mendasar & bermakna. Pasti saja mesti sanggup dibedakan bersama ilusi-ilusi dalam karya seni rupa yg yang lain, lantaran bagaimanapun serta seluruh karya seni rupa melibatkan unsur ilusi. Ilusi menggunakan kekuatan pengamat buat melengkapi kesan-kesan dalam pikiran dgn berdasarkan terhadap pengalaman diawal mulanya. Ilusi merupakan proses yg merangsang imajinasi buat menundukkan logiika kanvas dua dimensi. Misaknya dalam karya ―trompe l‘oeil‖. Kepada karya tersebut ilusi seolah-olah mengambil proses penglihatan normal terhadap keraguan, terutama lewat fenomena optis dari karya seni rupa tersebut. 

Seni optik atau Optical Art sudah diterapkan terhadap karya-karya seni rupa dua dimensi yg terlihat menggali hubungan-hubungan kromatis ambigu. Kepada umunnya kara seni optik menampilkan sebuah ketidakcocokan antara kenyataan fisis & dampak psikis. Seni optik lahir di Amerika & perdana kali dipublikasikan di fasilitas cetak terhadap majalah Time (Oktober 1964), & dua bln setelah itu dipublikasikan pun dalam majalah Life. Th 1965 jadi istilah yg telah ternama di lingkungan hunian tangga baik di Ingris ataupun Amerika yg mengacu terhadap kain tenunan yg dipola dengan cara logis, kaca jendela, & benda-benda yang lain. 

Seni optik sebenarnya telah lama dirintis oleh para penganut seni Impresionisme & Pasca Impresionisme, yg memakai campiran optis dari warna & ketegasannya dgn menolak metode pencampuran lewat palet & membiarkan mata mengkombinasikan titik-titik warna kepada satu buah jarak. Teknik-teknik kreatif seperti yg dikembangkan Seurat, Signac, Piccarro, & Cross kepada th 1880an sebenarnya telah memasukkan ide optik ke dalamnya, antara teknik yg jadi subject-matter & mengisi jiwa dari lukisan. Mutu antara teknik & subjectmatter tak dapat dipisahkan. 

Tokoh seniman optik yg tidak jarang disebut juga sebagai Bpk Seni Optik yaitu M.C.Escher. Dirinya ialah satu orang seniman grafis dari Belanda. Lewat karya litografinya, dirinya menampilkan karya - karya optik di Italy. Escher mengolah kedalaman lokasi dgn perspektif yg teramat unik. Di dalam karyanya yg unik menampilkan serta bentuk-bentuk detil. Contohnya ia mengolah wujud figur & latar lewat perubahan wujud latar & langit jadi wujud burung dgn cocok sekali & sempurna. Perspektifnya amat menarik & mengecoh mata kita. Maka bakal susah bagi kita utk membedakan antara mana yg di atas atau yg di bawah. Atau mana yg dekat & mana yg jauh.(Tonton karyanya : Jendela Burung‘). 

Albers ialah seniman optik yg tidak sedikit menggali mungkin visualisasi optik kepada karya lukisannya yg mendemonstrasikan seluruhnya nuansa relativiitas & ketidakstabilan warna & ketegasannya lewat beraneka ragam pertalian dalam serial lukisannya yg dikasih nama Homage to The Square. Beliau sudah memperlihatkan macam mana aneka warna yg tidak serupa sanggup dibuat supaya kelihatan sama & tiga warna bakal tampak yang merupakan dua atau empat warna. Seni Albers yaitu seni sensasi murni. Dengan Cara visual karyanya tak mengejutkan atau mengganggu, seperti yg berjalan terhadap lukisan-lukisan hitam putih Bridget Rimey, atau ilustrasi yg diberikan yang merupakan sample psikologi & fisiologi persepsi (sbg ciri-ciri yg paling pokok dalam seni optik atau seni retinal). 

Seniman lain yg dikenal dgn penciptaan karya yg menstimulans mata hitam putih sudah mulai sejak berkiprah sejak thn 1935. Di antara karyanya ialah komposisi papan catur bersama buah buah caturnya. Dalam lukisannya dia memakai ambiguitas & disorientasi optik lewat pemakaian ritme yg disinkopasi, & pola-pola geometris. Hitam & putih, berwarna, & konstruksi-kosntruksi tiga dimensional adalah ekspresi ide Vasarely berkaitan pertalian yg selayaknya berlangsung antara karya-karya & pengamat. Dirinya yakin bahwa mengalami kedatangan satu buah karya seni merupakan lebih utama daripada memahaminya. Rencana intelektual mengenai pemahaman jadi bertentangan dalam dunia seni yg terlibat dgn sensasi hingga tingkat tertentu sampai sensasi-sensasi itu membuat pengaruh fisis yg sesungguhnya kepada pengamat. Kepada kegiatannya dia mengaplikasikan istilah seni sinetik (wujud seni yg berdasarkan kepada ilusi multidimensional). Sementara seni sietik mengaplikasikan (dengan cara terbatas) pemakaian aktivitas mekanis, pun terlibat bersama ilusionistis atau aktivitas yg sesungguhnya. Istilah sinetik akan pun dianggap sesuai bersama karya Yacoov Agam, khususnya dalam aspek lukisan polimorfis kepada permukaan yg berombakombak dgn pola yg bergabung & beralih kala satu orang berlangsung di depannya. Serupa pula dgn karya Cruz Diaz & JR Soto, di mana ilusi gerak berlangsung diwaktu pengamat bergerak, sementara lukisannya sendiri masihlah diam. 

Pameran-pameran Optical Art baik di Perancis ataupun negeri Eropa diselenggarakan oleh para seniman, meski senimannya tak demikian tidak sedikit seperti halnya seniman dari gaya yang lain. Pameran seni optik yg mula-mula & ternama yaitu pameran The Responsive Eye yg diorganisasi oleh William G. Seitz di New York th 1965. Para pelukis yg terlibat dalam seni optik tidak cuma Vasarelly & Josef Albers termasuk juga pula para pelukis bujang yang lain, contohnya Richard Anuskiewics, Almir Mavignier, Larry Poons, Agam, de Soto, Bridget Riley, Jeffrey Steele & Yvaral. 

Richard Anuskiewics berkarya & bereksplorasi berdasarkan ilmu warna. Ia menyusun paduan warna & garis dengan cara rutin, sitematis, yg memunculkan resiko optik sbg akibat dari bayangan beberapa warna yg tembus pandang & keteraturan garis yg diciptakan. Lewat eksperimennya yg tetap menerus, dihasilkan efek-efek optik yg bermacam-macam & lewat karyanya ia menyebutkan beliau sbg abstraksionis geometris. 

Tidak Sedikit persepsi & prinsip dalam seni optik yg membawa dari teori psikologi. Aspek ini disebabkan oleh dampak dari paduan kontras warna, pancaran cahaya, pula garis-garis yg mengecooh mata. Seni optik tidak sedikit memanfaatkan aneka warna yg tidak searah, yg terkadang menyilaukan mata. Seperti warna merah didekatkan bersama biru, bersamaan dgn pemakaian garis atau wujud yg rutin. Seperti yg dilakukan Vassarely dalam karyanya berjudul Vega. Hal garis dipertentangkan dgn arah vertikal & horizontal bersama pengolahhan bagian menyempit & melebar dgn diisi warna yg berselang seling membuahkan dampak dimensi lokasi, pantulan cahaya, kedalaman area & bergetar (ada unsur kinetiknya) 

Karya-karya yg paling dinamis dengan cara optis yg terpisah dari kosntruksi tiga dimensi seperti contohnya gambar lensa Karl Gestner & kontak kaca ilusi dari Leroy Lamis & Robert Stevenson yaitu lukisan hitam-putih yg tampak membuahkan permukaan yg memang lah tak stabil. Pelukis yg paling intensif dalam bagian ini yaitu Bridget Riley, dgn karyanya yg belang-belang bergelombang & bermacam progresi formalnya berdasarkan kepada pola-pola yg di terima dengan cara intuitif yg dikembangkan dengan cara sistematis dalam lukisannya. Di antara para pelukis yang lain yg membuahkan hambatan & ambiguitas optis dalam lukisan yg ganjil yakni pelukis Jepang merupakan Tadashi yg menciptakan komposisi lingkaran konsentris yg dilukisnya kepada piringan gramafon, & pelukis Amerika Julian Stanzcak yg membuat kesan-kesan organik abstrak bersama belang-belang hitam & putih vertikal atau horisontal dgn ketebalan bermacam. Karya-karya mereka bekerja terhadap apa yg oleh Gombrich disebut prinsip etsetera. Sebuah kesadaran jika pikiran menonton sesuatu yg tidak ada sebab adanya keadaan fisik yg tercipta.

Baca artikel selanjutnya Macam-macam Rumah Adat di Indonesia. Semoga bermanfaat !